Widget HTML Atas

Mengenal Gaya Belajar Anak, Menjadi Guru Di Rumah Untuk Tingkatkan Pendidikan Si Buah Hati

Pendidikan bagi anak-anak sangatlah penting karena menjadi dasar tumbuh kembang anak di masa mendatang. Orang tua harus memastikan anak-anaknya mendapatkan pendidikan terbaik sejak dini, dan untuk memaksimalkannya, pendidikan sebaiknya didapatkan anak tidak hanya di sekolah, namun juga di rumah.

 


Photo by Kampus Production:

https://www.pexels.com/photo/grandmother-helping-her-grandchildren-with-their-homework-6248431/   

 

Proses pendidikan di rumah tentunya juga harus dipikirkan secara matang. Orang tua harus memikirkan cara yang ideal untuk menerapkan pendidikan di rumah agar anak merasa nyaman dan maksimal dalam menjalani prosesnya. Salah satu cara yang dapat dicoba adalah dengan menerapkan gaya pendidikan yang tepat.

Lantas apa saja jenis gaya belajar anak? Bagaimana cara mengoptimalkannya? Simak ulasan berikut ini.

Rumah Sebagai Zona Penguat Pendidikan

Rumah merupakan tempat berlangsungnya proses pendidikan untuk pertama kalinya bagi anak-anak. Dikatakan demikian karena di dalam rumah terdapat keluarga, yang merupakan kumpulan orang-orang terdekat yang pertama kali dan paling sering berinteraksi dengan anak. Di dalam keluarga tersebut lah seorang anak mendapatkan pendidikan untuk pertama kalinya, utamanya lewat bimbingan dan teladan yang dicontohkan orang tuanya.

 

Perlu dicatat juga bahwa pendidikan di dalam keluarga merupakan pendidikan dengan waktu terlama jika dibandingkan pendidikan formal dengan berbagai jenjang. Hal inilah yang menyebabkan pendidikan keluarga menjadi faktor yang sangat krusial untuk proses tumbuh kembang anak.

 

Orangtua sebagai pendidik pertama dan utama memiliki peran yang sangat penting dalam usaha mengawasi dan membimbing perkembangan anak, mulai dari fase awal pertumbuhan sampai ke fase-fase berikutnya. Sedikitnya terdapat 3 fase pendidikan anak dan hal yang harus diperhatikan orang tua untuk memaksimalkan pendidikan anak di rumah:

 

  1. Fase Awal (Anak-anak)

Fase ini adalah fase paling awal dimana anak mulai belajar. Pada fase ini, anak akan memulai proses belajar dengan memperhatikan apa yang diucapkan dan dilakukan oleh orang tuanya. Oleh karena itu, fase ini merupakan fase yang krusial dalam pembentukan kepribadian anak, sehingga orang tua harus mengambil peran sebagai pemimpin dan teladan bagi si anak.

 

  1. Fase Remaja

Fase berikutnya adalah fase remaja, dimana anak mulai tumbuh menjadi remaja dan mulai menyadari haknya untuk mulai membuat keputusan sendiri, walaupun tidak dalam semua hal. Pada fase ini, orang tua harus memainkan peran sebagai “teman”, karena kedekatan dari orang tua pada fase ini sangat dibutuhkan agar anak tidak gegabah dan salah dalam mengambil keputusan.

 

  1. Fase Terakhir (Dewasa)

Terakhir adalah fase dewasa. Pada fase ini, anak sudah memiliki otoritas untuk menentukan pilihannya sendiri. Oleh karena itu, peran orang tua pada fase ini hanyalah sebagai observer dan terbuka untuk memberikan saran serta menjawab pertanyaan jika ada.

 

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa rumah menjadi tempat yang krusial dalam proses pendidikan anak.  Peran keluarga untuk mendidik anak di dalam rumah sangat sentral dalam menentukan berhasil atau tidaknya pendidikan di sekolah, karena pada dasarnya pendidikan yang didapatkan anak di luar rumah dipengaruhi oleh pendidikan di dalam keluarga.

 

Orang tua dengan demikian harus memahami kecenderungan yang dimiliki anak-anaknya terhadap pengetahuan tertentu, keterampilan tertentu, atau pada kemampuan-kemampuan yang bisa dieksplorasi pada kesenian, pada teknologi, dan sebagainya. Dengan memahami hal tersebut, maka orang tua bisa menentukan gaya belajar yang tepat agar pendidikan anak di rumah bisa maksimal.

 

Jenis-Jenis Gaya Belajar Anak

Gaya belajar dapat diartikan sebagai cara seseorang mempelajari, memproses, dan menyimpan informasi yang sedang dipelajari. Secara umum, anak-anak belajar melalui pengalaman langsung mulai dari penglihatan dan pendengaran, sampai pada proses menyentuh, melakukan, dan bergerak. Oleh karena itu, penting untuk menentukan gaya belajar yang tepat agar anak mendapatkan pengalaman belajar yang menyenangkan.

 

Secara garis besar, gaya belajar dibagi menjadi 7 jenis sebagai berikut:

 

  1. Gaya Belajar Audio (Auditori)

Gaya belajar yang pertama adalah gaya belajar audio, dimana anak akan lebih mudah memahami proses pembelajaran dengan mendengarkan materi yang diberikan. Ini berarti kemampuan belajar anak menjadi sangat baik jika saat mempelajari sesuatu lewat indera pendengaran, seperti musik, audiobook, dan sebagainya.

 

Orang tua bisa mengidentifikasinya dengan memperhatikan kebiasaan anak. Jika anak membaca materi pelajaran secara keras dan anak lebih suka audiobook ketimbang buku konvensional, maka kemungkinan besar gaya belajar yang cocok adalah auditori.

 

  1. Gaya Belajar Visual (Spasial)

Berikutnya adalah gaya belajar visual, dimana anak-anak dapat mempelajari sesuatu secara maksimal jika informasi yang datang diproses melalui indera penglihatan. Informasi tersebut dapat berwujud gambar, tabel, infografik, dan lain-lain.

 

Anak dengan gaya belajar ini akan lebih cepat berproses jika mendapatkan materi yang dituangkan ke dalam informasi spasial seperti gambar dan grafik. Jika orang tua mendapat anaknya menyukai gambar, grafik, dan informasi lain dalam bentuk visual, maka bisa dikatakan bahwa gaya belajar yang cocok adalah gaya belajar visual.

 

  1. Gaya Belajar Kinestetik (Fisik)

Selanjutnya adalah gaya belajar kinestetik atau gaya belajar melalui gerakan fisik. Anak-anak dengan gaya belajar ini cenderung menggunakan gestur tertentu dalam proses belajar dan lebih menyukai pengalaman langsung ketimbang hanya duduk dan mendengarkan materi yang disampaikan. Gestur yang umum digunakan adalah mengarahkan jari pada teks saat membaca, atau berhitung sambil berjalan dan menggunakan jari. 

 

  1. Gaya Belajar Verbal (Linguistik)

Gaya belajar berikutnya adalah gaya belajar verbal, yaitu proses belajar dengan menggunakan kata-kata. Anak-anak yang cocok menggunakan metode ini cenderung menyukai aktivitas menulis, membaca, dan berbicara. Mengidentifikasi dan menganalisa kata-kata dalam proses pembelajaran memudahkan anak dengan gaya belajar ini dalam menerima dan mengolah informasi.

 

  1. Gaya Belajar Logis

Gaya belajar selanjutnya adalah gaya belajar logis atau dikenal juga dengan istilah gaya belajar matematikal. Anak yang cocok dengan gaya belajar ini biasanya akan lebih mudah mencerna informasi dalam bentuk penalaran logis, serta tidak memiliki kesulitan dengan hal-hal yang berkaitan dengan angka, teka-teki, atau permainan strategi.

 

  1. Gaya Belajar Sosial (Interpersonal)

Berikutnya adalah gaya belajar sosial, atau dengan kata lain gaya belajar dengan membuat grup atau kelompok belajar. Gaya belajar ini umumnya lekat dengan ciri-ciri anak yang pandai berkomunikasi dan menyukai proses interaksi yang terbangun pada saat proses belajar berlangsung.

 

  1. Gaya Belajar Soliter

Terakhir adalah gaya belajar soliter. Berbeda dengan gaya belajar sosial yang menyukai proses belajar dalam bentuk grup belajar,anak dengan gaya belajar soliter lebih menyukai proses belajar secara individu. Anak dengan gaya belajar ini cenderung diam jika sedang berada dalam kelompok belajar karena tidak menyukai kebisingan dan membutuhkan konsentrasi penuh dalam belajar.

 

Berdasarkan jenis-jenis gaya belajar di atas, orang tua diharapkan mampu menentukan gaya belajar yang cocok untuk anaknya. Selain itu, perlu diperhatikan juga proses penerapan gaya belajar tersebut agar bisa optimal dan pendidikan yang diterima anak bisa maksimal.

 

Lalu bagaimana cara mengoptimalkan gaya belajar anak? Berikut pembahasannya

Optimalkan Gaya Belajar Untuk Memaksimalkan Pendidikan Anak

Setelah mengetahui gaya belajar yang cocok untuk anak dan mulai untuk menerapkannya, hal yang harus diperhatikan berikutnya adalah konsistensi dan pengawasan berkelanjutan dalam proses pendidikan anak di rumah.

 


Photo by Gustavo Fring: 

https://www.pexels.com/photo/small-child-sketching-in-notebook-studying-with-tutor-4172986/  

 

Hal tersebut penting untuk mengoptimalkan gaya belajar yang sudah diterapkan, sehingga proses pembelajaran di rumah bisa mencapai hasil yang maksimal. Konsistensi dan pengawasan berkelanjutan bisa dimulai dengan dengan menunjukkan sikap suportif untuk menunjang gaya belajar yang cocok untuk anak.

 

Sebagai contoh, jika anak cocok dengan gaya belajar audio, maka orang tua bisa mendukung dengan memperbanyak jumlah audiobook agar anak bisa belajar secara maksimal. Jika anak cocok dengan gaya belajar visual, maka orang tua bisa mendukungnya dengan menyediakan materi belajar dalam bentuk gambar agar proses belajar anak bisa optimal.

 

Itu tadi pembahasan seputar gaya belajar anak dan bagaimana orang tua bisa mengambil peran untuk mengoptimalkan gaya belajar anak agar pendidikan anak di rumah bisa maksimal. Terus ikuti perkembangan informasi dari kami agar Bunda tidak ketinggalan update informasi menarik seputar pendidikan dan parenting.

Tidak ada komentar untuk "Mengenal Gaya Belajar Anak, Menjadi Guru Di Rumah Untuk Tingkatkan Pendidikan Si Buah Hati"